6
Hal yang Tidak Disukai Pembaca
Versi Diva press
Sebagai
penulis/calon penulis, kamu wajib membaca ulang naskahmu sebelum dikirim ke
penerbit. Baca deh sekali atau dua kali lagi, sisir ulang dr segala bentuk
salah ketik dan kurang tanda baca. Kamu perlu tahu juga 6 hal yang tidak
disukai pembaca saat membaca buku. #6TidakSuka. Apa itu #6TidakSuka: adalah 6
hal yg membuat pembaca malas membaca sebuah buku. Apa saja #6 hal yg tidak
disukai pembaca? Yuk kita cek satu satu.
1.
Buku
yang terlalu tebal, ngalahin batu bata disusun lima
Walau
ada yg bilang kalau buku tebal itu seksi, tapi kalau tebalnya keterlaluan juga
kadang jd malas bacanya. Untuk penulis pemula, usahakan tidak mengirimkan
naskah di atas 500 hlm. Kecuali kalau penerbit maunya gitu sih. Ingat selalu
bahwa buku itu untuk dibaca, bukan buat ganjelan pintu! Tebal tidak selalu baik
lho. Buku tebal, ongkos produksinya juga ikut mahal. Jd harganya juga jatohnya
mahal. Ya kalau laku, kalau enggak? #hhahahaPeace..
2.
Alur
cerita yang dipanjang-panjangin, ditebel-tebelin.
Tolong
dibedakan antara naskah yang beneran tebal dengan naskah yang sengaja
ditebal-tebalkan. Sebagai penulis, kamu harus berani "mengunting"
bagian-bagian yang tidak diperlukan dalam naskahmu. Ingat, tebal tidak selalu
bagus lho. Lapisan lemak yang tebal di perut, contohnya. Tebal itu tidak selalu
bagus. Ingat! #curcol. Ada satu resep aman dalam mengunting naskah. Beranilah
memotong paling tidak 10% dari jumlah total halaman naskahmu.Jadi, kalau total
naskahmu 300 hlm, cobalah mengurangi 30 hlm jadi 270 hlm. Hilangkan yg tdk
perlu, press yang bisa dipress. Hemat kata. Pembaca modern adalah pembaca yang
sibuk. Kalau mereka sampai bosan, perhatian mereka akan teralihkan oleh gadget
dan media sosial. Buatlah cerita yg mengalir, narasi seperlunya, gunakan dialog
untuk meminimalisir narasi. Cukup catatan masa lalu kamu saja yang tebal ya.
Kalau naskahmu yg perlu tebal2, standar dan wajar2 saja. Semangat yak!
3.
Materi
berat yang disampaikan dengan bahasa yang berat. Ini pembaca juga tidak suka.
Mentang2
tema/topiknya serius, bukan berarti nulisnya juga kudu serius, kaku, dan berat.
Ini kita nulis buku, bukan nulis skripsi lho. Pembaca suka penulis yg mampu
menjelaskan hal-hal rumit secara sederhana. Cewek juga suka cowok yang kayak
gitu kan? *benerin dasi. Bukan menyederhanakan hal yang rumit lho, tetapi
menjelaskan hal-hal yang rumit lewat desskripsi atau perbandingan yang
sederhana. Dan Brown, Michael Crichton, John Grisham. Mereka adalah contoh penulis2
keren yang mampu menjelaskan hal2 berat secara simple dan menarik. Bagaimana
dunia hukum yg kaku diubah mjd begitu menarik oleh Grisham. Dinosaurus
dihidupkan lagi oleh Crichton. Dan Brown? Ga usah ditanya.Dia keren banget.
4.
Isi
atau muatan naskah yang tidak sesuai fakta atau kebenaran umum, yang penulis tidak mampu menjelaskan
kenapa bisa begitu.
Sah-sah
saja penulis menjadikan kutub selatan berada di khatulistiwa. Tetapi ia harus
mampu menjelaskan bagaimana hal itu bisa terjadi. Misalnya, terjadi pergeseran
dlm orbit yg membuat posisi Bumi terhadap matahari berubah shg kutub selatan
bergeser. Nah ini ilmiah, bisa. Tapi kalau alasan si penulis cuma "Ya
itukan dunia gue, suka-suka gue kalau kutubnya ada di khatulistiwa." Yah,
perlu digebukin nih sesekali.
5.
Terlalu
banyak bahasa asing, pembaca juga tidak suka lho
Walaupun
itu naskah terjemahan, sebisa mungkin kurangilah penggunaan bahasa asing di
dalamnya. Bahasa Indonesia itu kaya lho DIVAmate. Nggak percaya? *sodorin Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Kita sudah punya padanan untuk online (daring), offline
(luring), web (jejaring), download (unduh), upload (unggah), dan gadget
(gawai).
6.
Penulis
yang sombong sekali, ini pembaca juga nggak suka
Sebagus
apapun karyanya, seorang penulis tidak sepantasnya sombong. Menulis itu
pekerjaan mulia, dan orang yg dimuliakan itu tidak sombong. Mentang-mentang
bukunya bestseller, trus ngehina-dina penulis atau penerbit lain, bahkan
menjelek-jelekkan reviewer. Penulis apaan tuh!
Penulis besar karena pembaca. Penerbit besar juga karena pembaca dan
penulis. Sementara pembaca, mereka dibesarkan oleh tulisan para penulis.
penulis sejatinya adalah hamba ilmu yg bertanggung jawab untuk menerangi dunia
*adminnya berfilsafat*
Penulis
besar karena pembaca. Penerbit besar juga karena pembaca dan penulis. Sementara
pembaca, mereka dibesarkan oleh tulisan para penulis.