Kesultanan
Demak
|
|
Ibu
kota
|
Demak
Bintara
|
Bahasa
|
Jawa
|
Agama
|
Islam
|
Pemerintahan
|
Kerajaan
|
Sultan
Demak
ü 1475-1518
Raden Patah
ü 1518-1521 Pati
Unus
ü 1521-1548 Trenggana
|
Demak adalah kesultanan atau
kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini didirikan
oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah adalah bangsawan
kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak.
Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembila orang
ulama besar, pendakwah islam paling awal di pulau jawa.
Hal
itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu
Kertabumi. Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Fatah menjadi
Sultan Demak Bintoro yang pertama.
Atas
bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut islam seperti
Jepara, Tuban dan Gresik, Raden patah sebagai adipati Islam di Demak memutuskan
ikatan dengan Majapahit saat itu, Majapahit memang tengah berada dalam kondisi
yang sangat lemah. Dengan proklamasi itu, Radeh Patah menyatakan kemandirian
Demak dan mengambil gelar Sultan Syah Alam Akbar.
Letak
kerjaan Demak berada di tepi pantai utara Pulau Jawa. Kerajaan ini sering
dikunjungi pedagang-pedagang Islam dan
pedagang asing untuk membeli beras, madu,lilin dan lain-lain. Sampai abad ke
15, Demak di bawah kekuasaan Majapahit. Akan tetapi setelah Majapahit mundur,
Demak berkembang pesat sebagai tempat penyebaran agama Islam dan tempat
perdagangan yang ramai. Sebagai penguasa pertama adalah Raden Fatah. Selain
menjadi penguasa (bupati), Raden Fatah juga sebagai penyiar agama Islam. Raden
Fatah memisahkan diri dari Majapahit sekitar tahun 1500. Dengan bantuan para
wali, Raden Fatah mendirikan kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa yaitu
kerajaan Demak.
Kerajaan Demak menjalankan sistem pemerintahan
teokrasi, yaitu pemerintahan yang berdasarkan pada agama Islam. Kerajaan Demak
memperluas kekuasaannya dengan menaklukan kerajaan-kerajaan pesisir Pulau Jawa,
seperti Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, cirebon dan Banten.
Cepatnya
kota demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas serta pusat
kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil masjid Agung Demak. Dari sinilah
para wali dan raja dari Kesultanan Demak mengadakan perluasan kekuasaan yang
dibarengi oleh kegiatan dakwah islam ke seluruh Jawa.
Masjid
agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak
terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Kegiatan walisanga yang berpusat di
Masjid itu. Di sanalah tempat kesembilan wali bertukar pikiran tentang
soal-soal keagamaan.
Ada
beberapa pendapat mengenai asal nama kota Demak, diantaranya :
Prof.DR. Hamka
menafsirkan kata Demak berasal dari bahasa Arab “dama” yang artinya mata air.
Selanjutnya penulis Sholihin Salam juga menjelaskan bahwa Demak berasal dari
bahasa Arab diambil dari kata “dzimaa in” yang berarti sesuatu yang mengandung
air (rawa-rawa). Suatu kenyataan bahwa daerah Demak memang banyak mengandung
air; Karena banyaknya rawa dan tanah payau sehingga banyak tebat (kolam) atau
sebangsa telaga tempat air tertampung. Catatan : kata delamak dari bahasa
Sansekerta berarti rawa.
Menurut Prof. Slamet Mulyono,
Demak berasal dari bahasa Jawa Kuno “damak”, yang berarti anugerah. Bumi
Bintoro saat itu oleh Prabu Kertabhumi Brawijaya V dianugerahkan kepada
putranya R. Patah atas bumi bekas hutan Gelagah Wangi. Dasar etimologisnya
adalah Kitab Kekawin Ramayana yang berbunyi “Wineh Demak Kapwo Yotho
Karamanyo”.
Berasal
dari bahasa Arab “dummu” yang berarti air mata. Hal ini diibaratkan sebagai
kesusahpayahan para muslim dan mubaligh dalam menyiarkan dan mengembangkan
agama islam saat itu. Sehingga para mubaligh dan juru dakwah harus banyak
prihatin, tekun dan selalu menangis (munajat) kepada Allah SWT memohon
pertolongan dan perlindungan serta kekuatan.
Masa awal,
menjelang akhir abad ke-15, seiring dengan kemuduran Majapahit, secara praktis
beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah
yang tersebar atas kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai
pewaris tahta Majapahit.
Sementara
Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang
mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan bahwa Demak merupakan penganti langsung
dari Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap sebagai putra Majapahit
terakhir. Kerajaan Demak didirikan oleh kemungkinan besar seorang Tionghoa
Muslim bernama Cek Ko-po. Kemungkinan besar puteranya adalah orang yang oleh
Tomé Pires dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim", mungkin
dimaksudkan "Badruddin" atau "Kamaruddin" dan meninggal
sekitar tahun 1504. Putera atau adik Rodim, yang bernama Trenggana bertahta
dari tahun 1505 sampai 1518, kemudian dari tahun 1521 sampai 1546. Di antara
kedua masa ini yang bertahta adalah iparnya, Raja Yunus (Pati Unus) dari Jepara.
Sementara pada masa Trenggana sekitar tahun 1527 ekspansi militer Kerajaan
Demak berhasil menundukan Majapahit.
Kerajaan
Demak Bintoro memiliki dua pelabuhan, yaitu:
• Pelabuhan niaga = di sekitar Bonang (Demak)
• Pelabuhan militer = di sekitar Teluk Wetan
(Jepara)
Keruntuhan
Kerajaan Demak, Setelah wafatnya
Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di keraton Demak.
Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak mengakui
lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para waris
yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan
Trengggono adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan
Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang
beranama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak
tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto
dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penangsang berhasil naik
tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa lama karena ia kemudian di
kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya
Sutawijaya, serta KI Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya
dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya
serta memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.
Sultan Handiwijaya sangat menghormati
orang-orang yang telah berjasa. Terutama kepada orang-orang yang dahulu
membantu pertempuran melawan Arya Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan
tanah Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat
menjadibupati di daerah-daerah tersebut.
Sutawijaya,
putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena jasanya dalam
menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai
Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggatinya.
Pada
tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran Benawa
diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Arya
Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta Pajang.
Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan bantuan
Sutawijaya.
Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya
lemah, tidak mamapu mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh
dan bupati-bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada
saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah
menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram.
Kerajaan
ini hanya berumur pendek. Namun, para rajanya merupakan pahlawan-pahlawan
mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Fatah, yang berhasil
menjadikan negerinya sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah itu
anaknya, Patih Yunus (Adipati Unus) berkuasa. Dia berhasil mengadakan perluasan
wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindhu,
yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang
Portugis.
Setelah
wafatnya Patih Yunus pada tahun 938 H/1531 M, memerintahlah raja paling
terkenal dari kerajaan ini yaitu Raden Trenggono (Sultan Trenggana). Dia adalah
seorang mujahid besar yang di antara hasil usahanya yang terkenal adalah
masuknya Islam ke daerah Jawa Barat. Dia wafat pada tahun 953 H/1546 M.
Kebudayaan
yang berkembang di kerajaan Demak bercorak Islam. Hal tersebut tampak dari
peninggalan-peninggalan sejarahnya berupa masjid, makam, batu nisan, kitab suci
Al-Quran, kaligrafi dan karya sastra. Sampai sekarang pun Demak di kenal
sebagai pusat pendidikan agama Islam.
Kabupaten Demak menyandang beberapa
julukan, yaitu:
1. Kota
Wali
Karena
Demak dahulu adalah tempat rapatnya wali songo.
2. Kota
Belimbing
Karena
Dahulu Demak terkenal sebagai penghasil Buah Belimbing
3. Kota
Jambu
Kota
ini sangat terkenal dengan hasil pertanian jambunya terutama jenis Jambu Citra
Delima, bahkan Jambu Citra Delima di kenal orang luar Demak disebut Jambu
Demak.
4. Kota
Beramal
Beramal
singkatan dari Bersih, Elok, Rapi, Anggun, Maju, Aman dan Lestari.
seputar kerajaan demak aja ya..... dulu jadi.
bukan kabupaten nya sekalian yang sekarangkah yang dibahas
kerajaan demax ya,,