Cerpen
Misteri Ramalan Sihir
Misteri Ramalan Sihir
Hari ini puncak Bukit Barisan tertutup kabut. Kehijauan puncaknya
terlihat samar karena tertutup kabut putih. Dari tingkat dua ruang kelas di SMU
Negeri 2 ratu, aku memandangi kabut tipis dengan perasaan galau.
Hatiku memang tengah gundah. Kegundahanku sebenarnya dimulaisejak
dari rumah tadi pagi. Ketika keluar dari kamar,aku kaget menemukan rumah sudah kosong. Jam
menunjukkan pukul enam lewat empat puluh menit. Dua puluh menit lagi bel
pertama berbunyi. Mengapa tak ada yang membangunkanku? Kemana orang-orang
serumah,ya?
Ma...,mama....!’’ aku mengetuk
pintu kamar mama untuk membangunkannya.tak ada jawaban.
Aku langsung ke kamar mandi.selesai mandi,cepat-cepat aku
berpakaian dan menyambar tas diatas meja belajar. buku-buku kumasukkan seadanya.
melewati kamar mama,aku lagi-lagi heran.pintu kamar mama masih terkunci rapat.
dentang jam dinding menunjukkan pukul tujuh membuatku tak sempat berpikir
panjang.melewati pintu depan yang terasa lebih ringan dari biasanya aku
langsung menyetop becak.sialan,si abang
becak malah cuek aja.belari kecil aku mengajar becak yang seolah tak
mempedulikanku.aku melompat naik.
“ratu
2,bang ,” kataku pada tukang becak yang
tetap cuek.becak melaju santai.berkali-kali aku melotot pada tukang becak,tapi
dia tetap seolah menganggapku tak ada.
“becak’’,panggil
seorang ibu.
Herannya
becak menepi dan si ibu yang bertubuh subur naik hingga aku hampir terjepit.
cepat-cepat aku melompat turun sambil
menggerutu. “memangnya angkot.”becak sudah ada penumpangnya kok di-stop. Mana
becaknya mau lagi. memangnya tak ada
becak lain. “aku ngedumel panjang pendek.
Aku berjalan ke sekolah yang memang sudah tidak terlalu jauh.
Beberapa teman yang kutemui terlihat
murung dan berbicara sesekali dengan suara pelan. Tak ada yang bercanda dan
meledekku seperti biasa.
Akhirnya sampai juga aku di depan gerbang. Pak mukri berdiri di
depan pos. Aku melewatinya sambil
menunduk. Dia paling sering menegurku karena aku suka melinting lengan bajuku . tapi kali
ini beliau tak memperdulikan aku. “mungkin dia bosan menegurku terus,” pikirku.
***
Lama aku
terdiam dipuncak bukit Barisan, menghirup udara segar dengan pemandangan yang
masih asri. Seolah membuatku lupa ketika melihat jam tanganku dan itu? Tanda
istirahal pertama sudah berakhir. Secepat mungkin aku berlari menuju kelas.
Tiba-tiba aku terpeleset dan terjatuh, baru kusadar ternyata lantainya itu
masih basah karena habis di pel. Sangking terburu-burunya sampai-sampai aku
tidak melihat akan keadaan lantai itu yang masih basah..
“Mungkin guru matematika sudah
berada dikelasku ini. Lalu bagaimana denganku nanti?”pikirku. Aku mencoba
berdiri dengan hati-hati dan mencoba menenangkan fikiranku. Untung saja cuma
kakiku yang sedikit keseleo. Dengan sisa tenagaku, aku berusaha berdiri dan aku
berlari kecil menuju kelas. Tak cukup lama, akhirnya aku telah beda di depan
kelas. Dan lihatlah akan keadaan kelas? Ternyata tebakanku gak salah, pak john
selaku guru matematika sudah berada di dalam kelas, seketika itu pikiranku jadi
tak tentu, mau masuk? Tapi takut. Nahh kalau gak masuk? Apalagi itu, bisa-bisa aku diskors karena gak ikut jam prelajaran.
Ya memang seperti itulah ketatnya peraturan dalam sekolahku ini. Tidak ikut
pelajaran walau itu hanya satu jam, hukumannya 7 hari diskors, parah banget
bukan?. Dengan sedikit keberanian, aku masuk dalam kelas dengan memasang wajah
melasku, berharap kali ini pak Jhon memakluminya.
”Permisi,,”awalku sebelum masuk
kelas, seketika itu pak John langsung menatapku dengan tatapan yang sangat
mengerikan, matanya melotot besar, seperti mau keluar dari lubangnya,
“Ma,,maaaf pak saya telat”ucapku
tebata, mungkin karena ketakutan.
“Velia habis dari mana aja
kamu?”tanya pak John walau tak dengan nada tinggi tapi nada itu seolah
mengisyaratkan sebuah kemarahan. Yup Velia Maurin Anatasya itu lah nama
lengkapku, kalau velia itu nama
panggilanku
”Em..aanu pak…itu…em”gugupku
“Am em am em,ii itu pak. keluar kamu
sekarang tidak usah ikut pelajaran”
“Tapi pak…”
“Apa mau saya tambahi hukumannya”ancam
pak John
“Iya deh pak,saya keluar sekarang”pasrah,
hanya itulah yang bisa kulakukan kini, akupun menuruti apa yang diperintahkan
oleh pak John, guru matematika yang terkenal killer itu.
“Kenapa sih? Perasaan hari ini kok
gue selalu kena sial mulu, ada apa denganku?”batinku, tidak sadarkan diri, aku
menendang sebuah kaleng bekas yang berada didepan kakiku. Aku menendangnya
sekuat tenaga, dan hasilnya?? Astaga, tak ku sangka kaleng itu mengenai bu kepala sekolah,
“gawatt” batinku. Keadaan sepi, hanya ada aku ditempat ini. Jadi, otomatis bu
kapsek langsung tau siapa yang menendang kaleng itu hingga mengenainya. Aku tak
sempat melarikan diri, Seketika itu ia langsung menghampiriku dan memberikan
tatapan ganasnya. beliau marah-marah, akupun diberi hukuman olehnya untuk
membersihkan kamar mandi yang ada diseluruh SMA 2 Ratu, baru setelah itu
orangtuaku harus menghadap ke bu kepala sekolah.
***
Aku masih setia di gerbang
karna nunggu jemputan yang dari tadi
belum juga kelihatan. Sedari tadi aku terus
mondar-mandir kayak setrika gak
karuan. Lihat lah, keringat telah bercucuran dari wajahku. Mungkin karna
udah lama menunggu, banyangin aja berdiri panas panasan sejak pukul 13.00
WIB padahal sekarang ini jam sudah
menunjukkan pukul 15.30 WIB. Pasti capek
bukan?
“Ish
si Coco kemana sih? Kok belum nongol-nongol. Mana udara panas lagi” kesalku.
Tiba-tiba
*Tin
tin
“Hay Cewe Tengil”sapanya dari dalam mobil.
Karna aku mengenal suara itu maka ia hanya diam tak bergeming. Yap siapa lagi
kalo bukan Bintang Dewa Langit atau lebih akrabya Bintang
“Nih
orang budek apa tuli sih?”Batinnya. Karena gak dapet respon dariku maka Bintang
memutuskan untuk keluar dari dalam mobilnya.
“Woyyyy
cewe tengil. Loe budek apa tuli sih?”teriaknya tepat ditelingaku.
“Ish
loe tu apa-apan sih? Loe ngapaen teriak-teriak ditelinga gue? Loe kira gue
budek apa?”teriakku tak kalah kerasnya
“Loe
denger? Ups gue kira loe budek”Ledeknya
“Udah
deh Kalo loe ngajak ribut mending loe
pergi aja” Kesalku lalu mendorong tubuh Bintang, namun bukannya dia yang jatuh malah jadi aku yang terjatuh, mungkin
karenaku terlalu kuat mendorongnya ya
jadi aku kehilangan keseimbangan. Dia tertawa puas melihatku, “Aissh, kenapa
pake jatuh segala.”batinku segera bangkit. “Puas loe? Tertawa aja sampe
puas!”sentakku tepat di depan mukanya lalu cepat-cepat aku pergi dari
hadapannya.
***
Dibawah terik matahari yang panas, aku terpaksa menyusuri jalanan
ini dengan langkah kaki yang berusaha ku tegakkan. Menyusuri tiap lorong jalan yang
penuh asap kendaraan. Sedari tadi dalam hati ku terus mengumpat, kalau tak
gara-gara si coco yang telat jemput mungkin tak akan seperti ini. “Aish apalagi
ini udah hampir petang”Keluhku
Huftt, akhirnya ku bisa
menghembuskan nafasku dengan lega, setelah berjalan kurang lebih 7 kilometer
akupun sampai tepat di depan gerbang rumah, Dengan cepat akupun mendekat kearah
gerbang dan membukannya tapi sepertinya ada yang tak beres. Lihatlah tumben
saja dari luar rumah kelihatan sepi? Segera mungkin aku menepis pikiran
burukku, kocoba membuka pintu utama tapi. What kenapa harus kekunci? “kemanakah
semua orang? Kalau pergi, mengapa hanya pintu utama yang di kunci? Sedang gerbang”pikirku.
Aku terus berusaha menggedor gedor pintu karena aku berharap mereka tak pergi
keluar ya mungkin tidur gitu. Namun hati ini menjadi gusar saat sekian lama aku
mencoba menggedor-gedor pintu tak ada hasilnya sekalipun. Clink, akupun
mendapat ide. Aku merogoh tasku untuk mengambil sesuatu. Syukurlah, aku
mendapatkan suatu itu, segera mungkin aku menghubungi mama dan coco, ku mencoba
menelpon tapi tak diangkat angkat, aku sudah mencoba beberapa kali tapi tetap
saja hasilnya nihil tak diangkat, akupun sudah mencoba mengirimkan sms tapi tak
juga tak ada balasan, aku hampir menyerah, ku lirik jam yang ada di pergelangan
tangan kiriku, lihatlah ini sudah menunjukkan pukul 16.40 WIB. Tiba-tiba
terdengar suara perutku yang amat nyaring, mungkin itu suara karena perutku
sudah kosong, maklumlah memang sedari pagi aku belum makan. “Haduhhh sakit
sekali perutku. Kenapa perutku jadi sakit seperti ini?”rintihku, “Sial banget
tau gak gue hari ini?”Upatku. pasrah aku tak tau lagi harus berbuat apa, mau
keluar cari makan tapi sudah terlanjur perutku rasanya teramat sakit, rasanya
tubuh ini lemas banget tak ada daya, untuk mengurangi rasa sakit ini kuputuskan
untuk istirahat di sofa yang kebetulan berada di teras rumahku.
***
Malam, suasana dipasar malam begitu ramai. Nampaknya semua orang
terlihat ceria menikmati suguhan pasar malam yang tak jauh dari rumahku ini.
Sebenarnya sih aku terpaksa kesini, yaa kalau gak di paksa coco aku gak mau,
pergi ke tempat beginian malam-malam, duhhh mending mah istirahat dirumah iya
gak? Ya sih walaupun seru, tapi gak asyik kalau perginya disini aku yang dibuat
umpan, masak iya aku diajak pergi tapi aku didiemin? Gak asyik bukan? Lihat tuh
masak coco malah sibuk sendiri sama someonenya, nah sedangkan gue? Di cuekin
tau gak.
“Hish,,,
kalau tau gini mah gak bakal mau gue. Sibuk aja sendiri. Gak dianggap banget tau
gak gue disini” Sedari tadi aku terus ngedumel gak jelas.
“Co,,,
Coco”panggilku terhadap kakakku tapi tetap aja gak ada respon
“Udah
ahh cabut aja. Malesin tau gak”kesalku lalu pergi dari hadapan kakakku
Setelah lepas dari coco akupun
mengitari setiap sudut pasar malam sendirian sesuai naluriku, walau ada sedikit
rasa takut karna tempat ini cukup membingungkan.
Tiba-tiba
“Bos,
ada cewe cantik nih?”seorang bertubuh besar sempoyongan mendekatiku, maklumlah
mungkin habis mabuk nyatanya aja botol whine masih berada rapat digenggamannya.
“Hai
cantik”timpal yang satunya ikut mendekatiku. Melihat itupun aku semakin takut,
rasa takun ini menjadi tak karuan.
“apaan
sih? Lepas gak?”aku hanya bisa memundurkan langkahku, karna hanya itu yang bisa
kuperbuat. Aku tak berdaya jika harus melawan mereka.
“tenang
cantik kita gak galak kok, kita gak akan nyakitin kamu” katanya sambil
menyingkirkan rambut yang menutupi wajahku, akupun sebisa mungkin menepisnya
“mau
apa kalian? Jangan mendekat!” akupun terus melangkah mundur hingga akhir itupun
menghampiri. Skak mat Aishh sial kini tubuhku telah dekat dinding, langkahku
terhenti. Disini aku sudah tak bisa berbuat apa-apa, hanya untaian kata do’alah
yang bisa kuucapkan, aku yakin kekuatan do’alah yang bisa menolongku.
“Aku
mohon,,, kalian jangan mendekat”kini suaraku berubah parau
“iya
cantik, kita akan lepasin kalian, setelah kita dapat kamu malam ini”kata
seorang itu
“Mundur
kalian! Tak usah mengganggunya. Jika kalian ingin menyentuhnya sini lawan aku
dulu” tantang seorang yang tiba-tiba telah berada di situasi ini
“Bintang”lirihku,
yap seorang itu Bintang. Musuh bebuyutanku.
“Hahaha,
gimana bos dia ngelawan nih? Enaknya kita apain ni bocah bos? Sok jadi pahlawan
dia” remehnya berbicara pada temannya
“Hajar
dia”perkelahihan pun terjadi, adu jotos pun seolah tak membuat diantara mereka
mengalah, lihatlah padahal wajah mereka sudah banyak luka lebaman akibat slaing
pukul, 30 menit kemudian akhirnyapun Bintang mampu mengalahkan meraka.
“Bintang,
makasih”ucapku, di hanya tersenyum sekilas
“lagian
ngapain, loe malem-malem gini keluyuran sendirian kayak ini?”tanyanya sinis
“Embbb,
itu… Ya terserah gue dong. Suka-suka gue mau pergi kemana aja”jawabku yang tak
kalah sewot
“nah,
kenapa loe jadi sewot gitu? Dah untung gue mau nolongin loe. Kalau gak mau jadi
apa loe hah?”
“iya
iya, makasih. Karena loe tadi dah mau nolongin gue. Udah kan? Yaudah sana
pergi, ngapain loe masih disini?”ucapku dengan nada mengusir
“Dasar,
rasain aja kalau nanti ada apa-apa. Gue gak tanggung”umpatnya sebelum ia
benar-benar pergi dari hadapanku.
Setelah kepergian Bintang entah
kenapa rasa takut ini kembali menyerang. Aku tak habis pikir ditengah keramaian
gini masih aja ada preman-preman seperti tadi.
”Apa
mereka gak takut gitu?”Pikirku. Dengan rasa takut yang menyelimutiku aku
mencoba mencari coco, sebenarnya itu hal yang mudah sih, gak terlalu sulit juga
kan bisa aja tinggal menghubunginya, sudah beres bukan? Tapi masalahnya disini tak ada alat komunikasi yang
kubawa, hpku ketinggalan dirumah. Ya mungkin gara-gara tadi coco ngajaknya
maksa jadi gak sempet dibawa hp deh! Ditambah lagi ini memang sudah musim
dingin.
Dingin,
mungkin hanya itu yang bisa ku katakan untuk malam ini, rasanya tubuh ini sudah
menggigil karena terlalu banyak menghirup hembusan angin malam. Maklum saja ini
sudah hampir tengah malam. Lihatlah, jam ditanganku berada di angka 11.00 wib,
Astaga! Aku lupa, aku harus segera pulang. Haduhh, bisa-bisa kalau tak segera
pulang bisa kena marah sama mama, tapi coco? Udahlah ngapain harus ku fikirin,
dia kan laki-laki. Jadi pasti bisa pulang nanti-nanti. Kuputuskan aku akan
segera pulang menuju rumah. Menurutku suasana pasar malam kali ini menurutku
sangat-sangat buruk, apalagi jika teringat tadi saat berada di hadapan 2 preman
itu. Aish gak tau deh mau jadi apa, kalau Bintang tak datang tepat waktu dan
menolongku. sebetulnya aneh memang, ”Kenapa Bintang bisa datang tepat waktu? Apa ini semua bagian
dari rencananya? Dan preman itu?”itulah sebuah teka-teki yang sedari tadi
memenuhi memori otakku, namun segera mungkin aku menepis pikiran buruk terhadap
Bintang, karena walau bagaimana dia telah menyelamatkanku.
***
Kejadian-kejadian aneh itu tidak
hanya cukup sampai dihari kemarin, tapi hari-hari berikutnya aku juga kerap
merasakan kesialan-kesialan yang menimpaku. Mulai dari dihukum guru karena
lupa mengerjakan tugas, pernah juga waktu itu dikejar-kejar orang gak jelas sampai-sampai aku harus
bersembunyi ditempat pembuangan sampah, dan yang tak paling tidak aku mengerti
mengapa satu persatu temanku menjauhiku? sekarang seolah aku tak dianggap
mereka ada. Seperti sampah saja, aku bicarapun tak mereka anggap, aku mendekati
mereka, mereka malah pada menjauh. Hufft, kegalauan ini semakin hari semakin
menjadi ditambah coco juga, disaat aku kesepian
seperti ini malah sok sibuk dengan urusannya sendiri.
“Tuhan
kenapa semua jadi seperti ini? Apakah yang telah aku perbuat tuhan?”sekarang
aku ini lagi sendirian, yups dipuncak bukit Barisan, inilah tempat favoritku
dikala aku sedih maupun senang, kenapa harus dibukit ini? Karena menurutku, ya
memang disinilahtempat pelepas masalah yang penuh dengan kedamaian.
“Oww..owh
ternyata seorang Velia Maurin Anatasya bisa galau juga ya, kalau anak-anak tau
bisa heboh banget nih”sahut seseorang dari belakang. Suara ini? Aku sangat
mengenal suara ini, jadi males deh buat ngladenin ini orang. Namun, tiba-tiba
saja ia malah langsung mengampil posisi duduk disampingku, aku tak
menghiraukannya.
“gue
tau kok kalau loe itu Bintang. Udah deh gak usah ganggu!”kataku keras tapi tak
sedikitpun ku menoleh kearahnya.
“Jadi?
Maaf deh kalau ganggu, padahal disini gue Cuma mau bantu loe. Tadinya gua heran
aja, kenapa akhir-akhir ini loe sering menyendiri terus itu teman-teman kenapa
pada ngejauhin loe? Kalau loenya aja gini. Ya pantes lahh.”Bintangpun beranjak.
“Bener
juga apa katanya”batinku
“Bintang”panggilku
dengan cepat, semoga ini gak telat. Dan ya, Bintangpun merespon dan menoleh
kearahku.
”Ya
ada apa?”jawabnya agak dingin
“Loe
boleh kok disini, silahkan aja gih!”ucapku, terlihat dia tersenyum. Disini ku
coba mengakrabkan diri. Kuhilangkan keegoisanku sejenak, kuhilangkan ikatan
permusuhanku pada Bintang. sekarang kita disini berteman, best friend. Tak
ku sangka, ternyata Bintang itu orangnya jauh dari pikiran burukkku selama ini.
Kalian pasti banyak yang tak percaya jika aku langsung terlihat akrab seperti ini sama Bintang. Padalah kalian tau sendiri bukan? sebelumnya kita itu
musuh bebuyutan. Tak segan-segan aku menceritakan mengenai kejadian-kejadian yang akhir-akhir
ku alami di akhir pekan ini.
Flashback On
Siang, dibawah teriknya sengatan sinar mentari, aku dan
Coco telah berada ditaman kota. Suasana taman kali ini cukup ramai. Puncak
keramaian itu bisa dilihat dari sudut paling timur taman. “Keramaian yang tak
seperti biasanya”gumamku. Karena aku penasaran, akupun mengajak coco untuk
mendekat kesudut timur. Baru aku tau, ternyata yang menyebabkan keramaian
disini yaitu karena adanya event bersama peramal.
“dek, kayaknya seru tuh. Coba
yuk?”ajak Coco
“Ogah ahh, coco aja! Adek mah gak percaya ma gitu-gituan”tolakku
“Ya sih. Ayolah dek, buat seru-seruan aja kok”bujuknya kembali
“Tapi…”raguku. Coco terus memberiku kode permohonan dengan
menganggukkan kepalanya, jadi ya lah buat seru-seruan aja, aku pun mengikuti
permintaannya. Aku itu memang orangnya tak percaya sama hal-hal gituan, apalgi
hasil ramalan. Tapi mengapa kegelisahan itu muncul ketika aku mendapat giliran
untuk diramal. Disini aku disuruh mengambil 3 kartu, “deg” jantungku seolah
berdegup sangat kencang ketika peramal tersebut mulai membuka dan akan membacakan
satu persatu dari hasil kartu yang ku ambil.
“Kartu pertama”ucap peramal tersebut dengan tampang ekspresi yang
kurang meyakinkan.
“Untuk kartu pertama, kesialan-kesialan itu akan menghampirimu
diwaktu akhir-akhir ini”lanjutnya
“Kartu kedua,”peramal tersebut kembali menampakkan akspresi yang
kurang meyakinkan, melihat itu ketakutan ini semakin menjadi.
“Kesialan itu tak akan pernah selesai, hingga tiba masa depanmu”ucapnya
untuk hasil kartu kedua
“Sekarang kartu ketiga”peramal tersebut membuka kartunya, tak
seperti yang biasanya aku yang awalnya tak percaya sama ramalan akhirnya pun
ikut takut juga dengan hasil terakhir karena hasil kartu pertama dan kedua itu
memang benar-benar ku alami.
‘Bersyukurlah untuk kartu ketiga, kartu ini jawaban dan akhir dari
misteri kartu pertama dan kartu pertama dan kartu kedua”ucapnya sambil
tersenyum mendengar itu akupun ikut tersenyum.
“Dari kartu ketiga saya melihat.kesialan itu akan berakhir ketika
kamu menyadari kesalahan di masa lalumu. Dan kamu berjanji untuk itu”lanjut
peramal tersebut.”Sebetulnya aku tak mengerti dengan apa yang dimaksudnya, kesalahan
masa lalu? Kenapa ia terus menyebut kesalahan masa lalu? perkataannya membuatku
bingung, aku mencoba menepis pikiran burukku mengenai perkataan peramal tadi,
namun tetap aja. perkataannya masih terngiang jelas di benakku. Hingga aku
keluar area, aku masih merasakan efek rasa takut dan heran. Semua itu terlihat
tiba tiba saja wajahku yang berubah pucat melihat keadaanku yang berubah
seperti ini membuat coco bingung,dia terus menanyakan apa yang terjadi
denganku.
“dek, kenapa?? gak apa apa kan? Itu kenapa muka kamu jadi pucet?”beribu
pertanyaan coco menghantamku. Aku hanya bisa menjawabnya dengan menggeleng, seolah
aku sudah tak mampu lagi untuk berbicara, mulutku bungkam seribu bahasa setelah
mendengar ucapan peramal tadi, awalnya aku yakin kalau uacapan itu tak mungkin
benar. Tetapi ketika aku mendengar ucapannya tubuhku menjadi kaku, entah
mengapa pikiran itu cepat merasuk dalam fikiranku .
“co, pulang yuk! Tiba-tiba badan adek gak enak nih”ajakku yang
akhirnya angkat bicara. Coco mengangguk sebagai tanda setuju.
Flashback Off
“Bin, loe percaya gak sama peramal?”tanyaku pada Bintang
“hasil ramalan?”tanyannya. aku mengangguk
“embbb,, percaya gak percaya sih”lanjutnya
“tapi, mengapa yang dikatakan bener semua? Semuanya bener terjadi.
Kesialan ini juga sebelumnya udah dikatakan sama peramal”ceritaku
“udah ahh gak usah terlalu difikir. Percaya aja kalau itu
cobaan”ucap Bintang
“jujur aku bingung atas ucapannya. Peramal tersebut selalu menyebut
kesalahan masalalu Bin. Apa maksudnya? Terkadang memori ingatanku juga
membawaku ke situ tapi aku tak bisa mengingatnya jelas”lanjut ceritaku
“apa kamu punya kesalahan dimasa lalu? Atas perbuatan atau ucapan
gitu yang gak kamu sengaja?”tebak Bintang
“aku gak tau. Soalnya ingatanku terlalu lemah untuk hal itu”jawabku
mulai pasrah
***
Lelah, itulah yang
kurasakan karena aktifitas seharian ini. Ditambah lagi pikiranku yang terpenuhi
atas ucapan peramal minggu lalu dan kejadian kejadian aneh yang terus menimpaku.
“Aishh…..kenapa jadi seperti ini, ku mohon hilanglah dari fikiranku. Jangan membuatku tersiksa”ucapku dengan nada memohon sepertinya aku sudah tak kuat lagi. Kali ini kepalaku benar-benar pening, mungkin karena ku paksa untuk memikirkan mengenai ucapan peramal tadi. Aku terus berfikir dan mengingat apa sebenarnya kesalahan masa laluku itu, tapi aku tak mampu mendapatkan itu namun tiba tiba saja aku mendengar suara…….
“Ketauhilah nak, jika kamu tetap seperti ini maka keburukan akan menimpamu secara bertubu tubi”suara begitu jelas dan berulang-ulang. Sejenak, aku terdiam. Aku kembali mengingat dangan sisa-sisa memoriku. Aku tak tau apa maksud dari itu. Dengan sisa tenagaku aku mencoba mengingat apa yang telah ku perbuat yang berkaitan dengan itu namun tiba-tiba saja memori otakku membawaku mengingat kejadian waktu itu. Kejadian dimana waktu itu aku tengah buru-buru.
“Aishh…..kenapa jadi seperti ini, ku mohon hilanglah dari fikiranku. Jangan membuatku tersiksa”ucapku dengan nada memohon sepertinya aku sudah tak kuat lagi. Kali ini kepalaku benar-benar pening, mungkin karena ku paksa untuk memikirkan mengenai ucapan peramal tadi. Aku terus berfikir dan mengingat apa sebenarnya kesalahan masa laluku itu, tapi aku tak mampu mendapatkan itu namun tiba tiba saja aku mendengar suara…….
“Ketauhilah nak, jika kamu tetap seperti ini maka keburukan akan menimpamu secara bertubu tubi”suara begitu jelas dan berulang-ulang. Sejenak, aku terdiam. Aku kembali mengingat dangan sisa-sisa memoriku. Aku tak tau apa maksud dari itu. Dengan sisa tenagaku aku mencoba mengingat apa yang telah ku perbuat yang berkaitan dengan itu namun tiba-tiba saja memori otakku membawaku mengingat kejadian waktu itu. Kejadian dimana waktu itu aku tengah buru-buru.
Flash back On
Jam dinding
dalam rumahku telah menunjukkan pukul 07.00 lebih, dalam keadaan seperti ini
aku bingung. Aku harus berangkat ke sekolah cepat sekali. Ini udah terlambat,
maka itu aku cepat menuju gerbang rumah
dan kebetulan disitu ada motor, aku yang sejatinya belum mahir mengendarainya
terpaksa membawa motor itu. Aku membawa motor itu sangat kencang. Kencang
sekali, hingga akupun menabrak seorang nenek-nenek, dalam keadaan itu aku
bingung antara menolong atau aku
biarkan. Dan karena akunya juga sedang buru-buru akupun melaju terus tanpa
memperdulikan nenek tadi, samar –samar dari telingaku dia berkata
“Ketauhilah nak, jika kamu tetap seperti ini,maka keburukan akan
menimpamu secara bertubi-tubi hingga kau mau berubah akan merubah sifat dan
sikapmu. Dewasalah nak!”
Flash back Off
Ingatan itulah yang tiba-tiba muncul dalam benakku. Akupun menggali
apa maksud perkataan nenek itu. Cukup lama aku berfikir, akhirnya aku tau
dimana letak kesalahanku selama ini. Aku menyadarinya bahwa selama ini memang
sifat dan sikap ku yang tak bisa dewasa, aku selalu menggantungkan banyak orang,
juga selalu meremehkan orang. Dari sini, mulai hari ini aku berjanji tuk tidak
mengulanginya lagi, aku berusaha merubah semuanya.
Satu bulan kemudian ….
Kehidupanku kembali normal, kesialan-kesialan itu tak lagi muncul.
Disekolahpun aku tak lagi dimusuhi.semuanya telah kembali, malah kembali lebih
indah menurutku.
-TAMAT-
Tokoh : Aku ‘Velia
Maurin Anastasya
Bintang Dewa Langit
Coco atau
Rafael
Alur : Maju Mundur
Latar Waktu : jam sekolah,
jam istirahat,
Latar
Tempat :Sekolah, Rumah, Pasar malam, Bukit Barisan, Taman Kota.
Latar
suasana : Menegangkan
Tema
:Karma,
Proses menuju kedewasaan.
Amanat
:
Hati-hatilah dengan perbuatan dan ucapanmu, karena kelak bisa berakibat padamu,
berdewasalah untuk menghadapi sesuatu, jangan selalu menggantunkan orang dan
menganggap orang remeh walau itu dalam waktu terpepet sekalipun.
ooow oww